يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ
ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ (208)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 208)
Dan dari dalil di
atas dapat kita ketahui bahwa inti ajaran Islam adalah iman, islam dan ihsan
yang harus diamalkan secara kaffah (menyeluruh) dan dari perjalanan sejarah,
secara keilmuan berkembang dan dikolaborasi menjadi ilmu tauhid, fiqih,dan
tasawuf.Pengertian Ahlussunnah Wal Jama'ah
Konsep aswaja
(ahlu al-Sunnah wa al-jama’ah) selama ini masih belum dipahami secara tuntas
sehingga menjadi “rebutan” setiap golongan, semua kelompok mengaku dirinya
sebagai penganut ajaran aswaja dan tidak jarang label itu digunakan untuk
kepentingan sesaat. Jadi, apakah yang dimaksud dengan aswaja itu sebenarnya?
bagaimana pula dengan klaim itu, dapatkah dibenarkan?
Aswaja merupakan
singkatan dari istilah ahlun, al-Sunnah wa al-Jama’ah, dan dari situ ada tiga
kata yang membentuk istilah tersebut;
1. Ahlun berarti
keluarga, golongan atau pengikut.
2. Al-Sunnah yaitu
segala sesuatu yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. meliputi perkataan,
perbuatan dan ketetapannya.
3. Al-Jama’ah yakni
apa yang telah disepakati oleh para sahabat pada masa al-Khulafa’ al-Rasyidin
(Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq Ra., Sayyidina Umar bin Khattab Ra., Sayyidina
Utsman bin Affan Ra., dan sayyidina Ali bin Abi Thalib Krw).
Sebagaimana telah
dikemukakan oleh Syekh ‘Abdul Qadir al-Jailany dalam kitab al-Ghunyah li
Thalibi Thariq al-Haqq, juz I, hal.80
فَالسُّـنَّةُ مَا سَنَّهُ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَالْجَمَاعَةُ مَا اِتَّفَقَ عَلَيْهِ
اَصْحَابُ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ خِلاَفَةِ
اْلأَئِمَّةِ اْلأَرْبَعَةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْمُهْدِيِّـيْنَ
رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ (الغنية لطالب طريق الحق جز 1 ص 80 )
Yang dimaksud dengan al-Sunnah adalah apa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah Saw. (meliputi ucapan, perilaku serta ketetapan
beliau). Sedangkan pengertian al-Jama’ah adalah segala sesuatu yang telah
menjadi kesepakatan para sahabat Rasulullah Saw. Pada masa al Khulafa’ al
Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah (mudah-mudahan Allah Swt. memberi
rahmat pada mereka semua). al-Ghunyah li
Thalibi Thariqi al-Haqq juz I hal.80.
Selanjutnya,
Syaikh Abi al-Fadhl bin ‘Abdus Syakur menyebutkan dalam kitab al-Kawakib
al-Lamma’ah:
اَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ
الَّذِيْنَ لاَزِمُوْا سُنَّةَ النَّبِـىِّ وَطَرِيْقَةَ الصَّحَابَةِ فِى
اْلعَقَائِدِ الدِّيْنِيَّةِ وَاْلأَعْمَالِ الْبَدَنِيَّةِ وَاْلأَخْلاَقِ
الْقَلْبِيَّةِ ( الكواكب اللماعة ص 8-9 )
Yang disebut Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah adalah
orang-orang yang selalu berpedoman pada sunnah Nabi Saw. dan jalan para
sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta akhlaq
hati. (al-Kawakib al-Lamma’ah hal. 8-9)
Jadi Ahlu
al-Sunnah wa al-Jama’ah merupakan ajaran yang mengikuti semua yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Sebagai pembeda dengan
yang lain ada tiga ciri khas kelompok ini, yakni tiga sikap yang selalu
diajarkan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, ketiga prinsip tersebut
adalah al-tawassuth yaitu sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak
ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan, prinsip al-tawazzun (seimbang dalam
segala hal termasuk dalam penggunaan dalil aqli dan dalil naqli) dan al-I’tidal
(tegak lurus). Ketiga prinsip tersebut dapat dilihat dalam masalah
keyakinan keagamaan (teologi), perbuatan lahiriyah (fiqih) serta
masalah akhlaq yang mengatur gerak hati (tasawuf). Dalam praktek
keseharian, ajaran ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah dibidang teologi tercerminkan
dalam rumusan yang digagas oleh Imam al-Asy’ari dan Imam al-Maturidzi,
sedangkan dalam masalah perbuatan badaniyah terwujud dengan mengikuti madzhab
empat, yakni madzhab Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, dan
dalam tasawuf mengikuti rumusan Imam Junaidi al-Baghdadi dan Imam al-Ghazali.
Salah satu alasan
dipilihnya ulama’-ulama’ tersebut oleh salafuna al-shalih sebagai
panutan dalam ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah karena mereka telah terbukti mampu
membawa ajaran-ajaran yang sesuai dengan intisari agama Islam yang telah
digariskan oleh Rasulullah Saw. beserta para sahabatnya dan mengikuti hal
tersebut merupakan suatu kewajiban bagi ummatnya. Rasulullah Saw. Bersabda:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَمْرٍو السُّلاَمِىْ
اَنَّهُ سَمِعَ الْعِرْباَضَ بْنَ سَارِيَّةِ قَالَ وَعَظَناَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتـِىْ
وَسُنَّةِ الْخُلَفاَءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْمُهْدِيِّـْينَ (مسند احمد بن حنبل ص
16519 )